Perekonomian
Indonesia saat ini
(Deduktif – Induktif)
(Deduktif – Induktif)
Bicara soal
kondisi perekonomi saat ini ternyata mengingatkan kita pada kondisi
perekonomian tahun 1998 dan 2008. Di mana, pada saat itu, Indonesia mengalami
krisis ekonomi akibat dari anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta
terjun bebasnya pergerakan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Kondisi
perekonomian saat ini disinyalir akibat adanya kebijakan dari bank sentral
Amerika yang melakukan pengetatan terhadap pengeluaran obligasi besar-besaran
atau quantitative easing. Pengetatan tersebut karena ekonomi AS mulai
menunjukkan pemulihan dari krisis yang sempat melanda negeri tersebut sejak
2008 lalu.
Saat ini ekonomi indonesia optimis memiliki pertumbuhan ekonomi yang
meningkat.
Dengan pertumbuhan dan pendapatan nasional yang semakin meningkat kita dapat melihat perkembangan dan kemajuan kita pada negara lain. dengan pendapatan nasional per tahun indonesia mampu memberikan kemajuan Ekonomi makro yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi saat ini. Salah satu pertumbuhan ekonomi itu dapat dilihat dengan permintaan domestik masih akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor, serta investasi.
Dengan pertumbuhan dan pendapatan nasional yang semakin meningkat kita dapat melihat perkembangan dan kemajuan kita pada negara lain. dengan pendapatan nasional per tahun indonesia mampu memberikan kemajuan Ekonomi makro yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi saat ini. Salah satu pertumbuhan ekonomi itu dapat dilihat dengan permintaan domestik masih akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor, serta investasi.
Di lihat dari sedikit perekonomian makro dibidang perbankan ini dapat
kita rasakan pertumbuhan ekonomi itu meningkat. Bank Indonesia (BI)
memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang triwulan I-2011 masih akan tumbuh
tinggi, yakni di kisaran 6,4 persen. Sehingga, sepanjang tahun ini,
perekonomian Indonesia diproyeksikan tumbuh di kisaran 6-6,5 persen.
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengungkapkan hal itu dalam rapat kerja dengan Komisi XI (membidangi keuangan dan perbankan) DPR, Senin (14/2). “Prospek perekonomian ke depan akan terus membaik dan diperkirakan akan lebih tinggi,” kata Darmin.
Dia mengatakan, permintaan domestik masih akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor, serta investasi, juga akan tumbuh pesat. Ia menambahkan, Indonesia sudah melalui tantangan yang di 2010. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di tahun lalu, yakni 6,1 persen, akan mempermudah mencapai target pertumbuhan di 2011. Meski demikian, inflasi tinggi masih akan menjadi tantangan serius di tahun ini.
Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengungkapkan hal itu dalam rapat kerja dengan Komisi XI (membidangi keuangan dan perbankan) DPR, Senin (14/2). “Prospek perekonomian ke depan akan terus membaik dan diperkirakan akan lebih tinggi,” kata Darmin.
Dia mengatakan, permintaan domestik masih akan menjadi penopang utama kinerja perekonomian. Selain itu, ekspor dan impor, serta investasi, juga akan tumbuh pesat. Ia menambahkan, Indonesia sudah melalui tantangan yang di 2010. Dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di tahun lalu, yakni 6,1 persen, akan mempermudah mencapai target pertumbuhan di 2011. Meski demikian, inflasi tinggi masih akan menjadi tantangan serius di tahun ini.
Kondisi
Perekonomian Indonesia Dilihat dari PDB
Pendapat Domestik Bruto (PDB) Indonesia saat ini menempati urutan
ke-18 dari 20 negara yang mempunyai PDB terbesar di dunia. Hanya ada 5 negara
Asia yang masuk ke dalam daftar yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. Kelima negara
Asia tersebut adalah Jepang (urutan ke-2), Cina (urutan ke-3), India (urutan
ke-11), Korea Selatan (urutan ke-15).
Indonesia yang kini mempunyai PDB US$700 miliar, boleh saja bangga. Apalagi, dengan pendapatan perkapita yang mencapai US$3000 per tahun menempatkan Indonesia di urutan ke-15 negara-negara dengan pendapatan perkapita yang besar.
Indonesia yang kini mempunyai PDB US$700 miliar, boleh saja bangga. Apalagi, dengan pendapatan perkapita yang mencapai US$3000 per tahun menempatkan Indonesia di urutan ke-15 negara-negara dengan pendapatan perkapita yang besar.
Pihak
Swasta
Adanya lembaga – lembaga swadaya masyarakat, seperti Dompet Dhu’afa,
bekerja sama dengan Institut Kemandirian yang berusaha mencetak kaum muda
berpotensi meenjadi hebat sebagai pejuang ekonomi adalah cara salah satu
membuat pemerataan pertumbuhan ekonomi dapat dirasakan oleh semakin banyak
rakyat Indonesia.
Pihak
Pemerintah
Sinergi antar kementrian harus dibuat semakin solid dan saling
mendukung sehingga tidak tumpang tindih dan lebih banyak bermanfaat bagi
masyarakat. Kampanye pembentuka jiwa kewirausahaan , seperti seminar bertaraf
internasional\, adalah salah satu jalan membangkitkan potensi jiwa – jiwa
pejuang ekonomi yang pantang menyerah dan penuh kreativitas tinggi.
Dampak Globalisasi ekonomi positif dan dampak globalisasi negatif
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam dunia usaha. Ketika kita berfikir
menjadi pengusaha dan memanfaatkan setiap peluang usaha yang kita miliki
sebenarnya saat itu kita masuk kedalam sebuah sistem ekonomi dan yang paling
populer adalah sistem ekonomi kapitalis yang menjadi bagian integral dari
proses globalisasi. Ada banyak pengertian globalisasi yang secera umum
mempunyai kemiripan salah satu pengertian globalisasi adalah proses yang melintasi
batas negara di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling
berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain .
Sebagaimana sebuah sistem globalisasi ekonomi mempunyai dampak
positif dan juga dampak negatif, terlepas dari pendapat pro globalisasi
ekonomi dan kontra globalisasi ekonomi kita akan mencoba menelaah
secara sederhana dampak postif globalisasi ekonomi dan dampak negatif
globalisasi ekonomi.
Dampak positif globalisasi ekonomi ditilik dari aspek kreatifitas dan
daya saing dengan semakin terbukanya pasar untuk produk-produk ekspor maka
diharapkan tumbuhnya kreatifitas dan peningkatan kualitas produksi yang
disebabkan dorongan untuk tetap eksis ditengah persaingan global, secara
natural ini akan terjadi manakala kesadaran akan keharusan berinivasi muncul
dan pada giliranya akan menghasilkan produk2 dalam negeri yang handal dan
berkualitas.
Disisi lain kondisi dimana kapababilitas daya saing yang rendah dan
ketidakmampuan Indonesia mengelola persaingan akan menimbulkan mimpi buruk begi
perekonomian negeri ini, hal ini akan mendatangkan berbaga dampak negatif
globalisasi ekonomi seperti membajirnya produk2 negeri asing seperti produk
cina yang akhirnya mamatikan produksi dalam negeri, warga negara Indonesia
hanya akan menjadi tenaga kasar bergaji murah sedangkan pekerjaan pekerjaan
yang membutuhkan skill akan dikuasai ekspatriat asing, dan sudah barang tentu
lowongan pekerjaan yang saat ini sudah sangat sempit akan semakin habis karena
gelombang pekerja asing.
Dampak positif globalisasi ekonomi dari aspek permodalan, dari sisi
ketersediaan akses dana akan semaikin mudah memperoleh investasi dari
luar negeri. Investasi secara langsung seperti pembangunan pabrik akan turut
membuka lowongan kerja. hanya saja dampak positif ini akan berbalik 180 derajat
ketika pemerintah tidak mampu mengelola aliran dana asing, akan terjadi justru
penumpukan dana asing yang lebih menguntungkan pemilik modal dan rawan
menimbulkan krisis ekonomi karena runtuhnya nilai mata uang Rupiah. Belum lagi ancaman
dari semakin bebas dan mudahnya mata uang menjadi ajang spekulasi. Bayangkan
saja jika sebuah investasi besar dengan meilbatkan tenaga kerja lokal yang
besar tiba2 ditarik karena dianggap kurang prospek sudah barang tentu hal ini
bisa memengaruhi kestabilan ekonomi.
Dampak positif globalisasi ekonomi dari sisi semakin
mudahnya diperoleh barang impor yang dibutuhkan masyarakat dan belum bisa
diproduksi di Indonesia, alih tehnologi juga bisa terbuka sangat lebar, namun
kondisi ini juga bisa berdampak buruk bagi masyarakat karena kita cenderung
hanya dijadikan objek pasar, studi kasus seperti produksi motor yang di kuasai
Jepang, Indonesia hanya pasar dan keuntungan penjualan dari negeri kita akan
dibawa ke Jepang memperkaya bangsa Jepang. Dampak positif globalisasi
ekonomi dari aspek meningkatnya kegiatan pariwisata, sehingga
membuka lapangan kerja di bidang pariwisata sekaligus menjadi ajang promosi
produk Indonesia.
Globalisasi dan liberalisme pasar dikampayekan oleh para pengusungnya
sebagai cara untuk mencapai standar hidup yang lebih tinggi, namun bagi para
penentangnya globalisasi hanya kedok para kapitalis yang akan semakin
melebarnya ketimpangan distribusi pendapatan antar negara kaya dengan
negara berkembang dan miskin. Penguasaan kapital yang lebih besar dengan
menciptakan pasar global terutama di dunia ketiga yang diyakini tidak akan
mampu memenuhi standar tinggi produk global akan membuka peluang terjadinya
penumpukan kekayaan dan monopoli usaha dan kekuasaan politik pada segelintir
orang. So pilihan akan keblai kekita mana yang kita pilih Dampak
Globalisasi ekonomi positif atau dampak globalisasi negatif.
Beberapa Masalah Ekonomi di Indonesia
1. Tingginya Jumlah Pengangguran
Ini merupakan
masalah klasik yang belum juga terselesaikan secara tuntas.Dari tahun ke tahun,
masalah jumlah pengangguran di Indonesia kian bertambah. Belum ada solusi yang
jitu untuk mengatasi tingginya angka pengangguran sampai saat ini. Pengadaan
lapangan kerja saja dirasa tidak cukup untuk menekan angka pengangguran di
negara kita.
2. Tingginya Biaya Produksi
Sudah
menjadi rahasia umum di dunia industri di negara kita ini bahwa selain biaya
produksi cukup tinggi belum lagi ditambah dengan biaya-biaya yang seharusnya
tidak perlu dikeluarkan. Namun karena faktor keamanan di negara kita masih
sangat minim dan ketidakmampuan pemerintah untuk mendukung dan melindungi
sektor industri, akibatnya terdapat banyak pungutan-pungutan liar yang bahkan
akhir-akhir ini dilakukan dengan terang-terangan.
Hal ini yang juga akhirnya menjadikan biaya produksi semakin meningkat. Parahnya lagi, belum ada solusi pasti untuk masalah ini. Bahkan beberapa industri yang dinilai cukup bagus akhirnya bangkrut dan lebih memilih untuk beralih menjadi importir yang hanya cukup menyediakan gudang dan beberapa pekerja saja dibanding dengan mendirikan sebuah industri baru. Ini harus menjadi perhatian khusus pemerintah untuk mengatasi masalah ini dan masalah ekonomi di indonesia lainnya.
Hal ini yang juga akhirnya menjadikan biaya produksi semakin meningkat. Parahnya lagi, belum ada solusi pasti untuk masalah ini. Bahkan beberapa industri yang dinilai cukup bagus akhirnya bangkrut dan lebih memilih untuk beralih menjadi importir yang hanya cukup menyediakan gudang dan beberapa pekerja saja dibanding dengan mendirikan sebuah industri baru. Ini harus menjadi perhatian khusus pemerintah untuk mengatasi masalah ini dan masalah ekonomi di indonesia lainnya.
3. Keputusan Pemerintah Yang Kurang
Tepat
Kita semua tahu bahwa beberapa tahun belakangan ini sangat marak sekali peredaran barang-barang dari China di negara kita, bukan? Nah, penyebabnya adalah keputusan pemerintah dalam hal regulasi ekonomi yang dirasa kurang tepat jika dilihat dari kondisi perekomomian Indonesia. Di saat itu pemerintah memutuskan untuk bergabung dalam ASEAN–China Free Trade Area (ACFTA). Akhirnya terjadilah seperti yang kita rasakan sekarang ini. Produk lokal nyaris kalah dengan produk yang berasal dari China.
4. Bahan Kebutuhan Pokok Masih Langka
Langkanya bahan kebutuhan pokok adalah salah satu masalah serius yang menimpa kondisi ekonomi indonesia. Masalah ini akan sangat terasa sekali di saat menjelang perayaan hari-hari besar seperti hari raya idul fitri, natal, dan hari-hari besar lainnya.
Meskipun
pemerintah terkadang melakukan razia pasar untuk terjun langsung melihat
penyebab langkanya bahan kebutuhan pokok, namun tindakan ini dirasa masih jauh
dari menyelesaikan masalah langkanya kebutuhan pokok itu sendiri.
5. Suku Buka Perbankan Terlalu Tinggi
Perlu
kita ketahui bahwa salah satu indikator untuk menentukan baik atau tidaknya
kondisi perekonomian di suatu negara adalah suku bunga. Suku bunga
merupakan salah satu indikator sehat / tidaknya kondisi perekonomian Indonesia.
Suku bunga yang terlalu tinggi ataupun yang terlalu rendah akan sangat
mempengaruhi perekonomian. Nah, untuk suku bunga perbankan di Indonesia
masih dinilai terlalu tinggi sehingga masih perlu perhatian lebih dari
pemerintah untuk mengatasi masalah ini.
6. Nilai Inflasi Semakin Tinggi
Nilai inflasi akan sangat berpengaruh bagi kondisi perekonomian suatu negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri nilai inflasi tergolong tinggi sehingga banyak masalah ekonomi susulan yang terjadi karena inflasi ini. Selain itu, inflasi di Indonesia sangat 'sensitif' mudah sekali naik. Misalnya walaupun hanya dipengaruhi oleh tingginya harga cabai rawit beberapa waktu yang lalu atau Bahkan hanya gara-gara harga sembako dipasaran tinggi, maka nilai inflasi juga terpengaruh. Akibat dari tingginya nilai inflasi di negara kita ini, maka akan bermunculan masalah-masalah ekonomi Indonesia yang lain.
Pemerintah
meyakinkan pelaku pasar modal bahwa kondisi ekonomi yang saat ini terjadi di
Indonesia tidak akan menyamai krisis pada 1998 maupun 2008.
"Beda
ceritanya. Kondisi saat ini lebih baik. Kondisi perbankan sekarang juga lebih
baik dan tidak ada kategori bank sakit," kata Pelaksana Tugas Badan
Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro usai menghadiri
Pertemuan OJK Menteri Keuangan dan Pelaku Pasar Modal di Gedung Bursa Efek
Indonesia (BEI), Rabu (28/8).
Ketika
krisis 2008 nilai tukar rupiah terhadap dolar mencapai Rp 12.000 dan indeks
harga saham gabungan anjlok sampai 50 persen. Sedangkan hari ini kondisinya
tidak sekarut-marut itu.
Hanya
kondisi ini bukan berarti pemerintah bersantai dan melakukan pembiaran.
Pemerintah tetap waspada dan melakukan langkah-langkah yang dapat menenangkan
pasar.
Respons
pelaku pasar terhadap kebijakan pemerintah cukup positif. Hanya mereka masih
menunggu kebijakan yang lebih langsung dari moneter. Pemerintah berusaha untuk
menjelaskan situasinya kepada pelaku pasar agar suasana tidak menjadi lebih
berat.
Hal
senada diungkapkan Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman
D Hadad. Pelaku pasar lebih banyak meminta sosialisasi paket kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah. "Ada masalah jangka panjang dan pendek yang harus
segera direspon," ujar Muliaman.
OJK
tetap waspada dan optimistis dengan masa depan ekonomi Indonesia meskipun
kinerja mengalami tekanan. Pemerintah dan otoritas akan berupaya mengatasi
keduanya sehingga perekonomian dan pasar modal kembali stabil.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar