kelompok 9
(Pertumbuhan ekonomi inklusif dan
penciptaan lapangan kerja)
Artikel :
ASPIRASI PUBLIK – selasa 23 November 2010 | 00:05
Ekonomi Inklusif
Pembangunan ekonomi yang inklusif pada
dasarnya adalah pembangunan ekonomi yang dapat memberikan kontribusi bagi
mayoritas rakyat Indonesia. Besarnya jumlah tenaga kerja Indonesia di sektor
pertanian sering diasosiasikan sebagai sektor yang perlu didorong untuk
membangun ekonomi yang inklusif. Selain sektor pertanian, banyak pihak yang
sudah menyampaikan pentingnya peran UMKM dalam mendorong perekonomian
Indonesia. Pemerintah harus menekankan pentingnya ekonomi yang bersifat
inklusif.
Untuk memulihkan ekonomi pasca krisis,
penekanan pemerintah harus bersifat inklusif. Salah satu upayanya adalah dengan
meningkatkan kerja sama dalam program-program tertentu, di antaranya pembiayaan
di sektor usaha mikro, kecil, dan menegah, yang terbukti pada 1998 telah berhasil
menopang perekonomian Indonesia yang ketika itu sedang krisis. UMKM sebagai
usaha dalam membangun ekonomi yang inklusif, ekonomi yang memberdayakan
masyarakat untuk mandiri (self sustain), merupakan kondisi yang sekarang kita
butuhkan di tengah semaraknya kompetisi antar negara dan ancaman penetrasi
berbagai produk dari luar negeri yang masuk ke Indonesia.
Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang telah
dijalankan Indonesia merupakan salah satu contoh dari pembiayaan mikro dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, negara-negara maju yang menjadi
anggota APEC diharapkan dapat memberikan bantuan lebih besar bagi program
penyaluran kredit semacam Koperasai Usaha Rakyat (KUR). Tantangan terberat yang
dihadapi oleh industri di dalam negeri adalah produk-produk impor dari luar
negeri. Selain mempunyai keunggulan dalam harga, produk impor juga mempunyai
kualitas yang bersaing. Namun, sampai hari ini, UMKM tetap survive dan bahkan
tetap menjadi tempat tenaga kerja dalam memperoleh penghasilan.
Kita bisa mengambil contoh beberapa daerah
yang sudah mulai mengembangkan inisiatif dan inovasi dalam UMKM. Mereka memulai
usaha ini secara tradisional kemudian secara bertahap bekerja sama dengan
keluarga atau teman-teman membangun berbagai usaha lain yang menjadi komplemen usaha
intinya. Sebut saja kerajinan kayu di Jepara, kluster batik yang banyak
terdapat di Jawa, pembuatan rokok di Kudus, atau kerajinan rotan di Tegalwangi.
Kita bisa melihat potensi ini. Maka pemerintah daerah harus dapat mendorong
pemasaran dan peningkatan daya saing produk-produk tersebut dengan
kebijakan-kebijakan yang relevan.
Yusuf Sahputra
Jalan Enggano Raya No.19 Rt.5 Rw.2
Koja – Jakarta Utara
Kesimpulan :
Pembangunan ekonomi yang inklusif dapat
memberikan kontribusi bagi mayoritas rakyat Indonesia. Pemerintah harus
menekankan pentingnya ekonomi yang bersifat inklusif, salah satu upayanya
adalah dengan meningkatkan kerja sama dalam program-program tertentu,
diantaranya pembiayaan di sektor usaha mikro, kecil, dan menegah. Peran UMKM
sangatlah penting di dalam mendorong perekonomian Indonesia. Kredit Usaha
Rakyat (KUR) yang telah dijalankan Indonesia merupakan salah satu contoh dari
pembiayaan mikro dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Tantangan terberat yang
dihadapi oleh industri di dalam negeri adalah produk-produk impor dari luar
negeri. Selain mempunyai keunggulan dalam harga, produk impor juga mempunyai
kualitas yang bersaing. Namun, sampai hari ini, UMKM tetap survive dan bahkan
tetap menjadi tempat tenaga kerja dalam memperoleh penghasilan. Pemerintah
daerah harus dapat mendorong pemasaran dan peningkatan daya saing produk-produk
tersebut dengan kebijakan-kebijakan yang relevan.
Saran
:
Menurut saya upaya yang dapat dilakukan
agar meningkatkan pembangunan ekonomi yang inklusif adalah Pemerintah sebaiknya
lebih fokus untuk mendorong perekonomian Indonesia dengan meningkatkan kerja
sama dalam program-program tertentu baik di sektor pertanian, sektor perikanan
dan sektor-sektor lainnya. Berikan kesempatan kepada UMKM untuk meningkatkan usahanya,
sehingga para wirausaha bersemangat dan termotivasi untuk melakukan
inovasi-inovasi baru.
Sebenarnya tantangan terberat yang
dihadapi oleh industri di dalam negeri adalah produk-produk impor dari luar
negeri, maka menurut pendapat saya harus ada penyempitan jalan bagi
barang-barang impor, dan pelebaran jalan bagi barang-barang ekspor. Salah satu
cara untuk menyempitkan jalan impor adalah dengan melakukan seleksi ketat dan
kuota yang tepat, karena menurut saya peredaran barang impor yang terjadi sudah
sangat mengganggu keberlangsungan pendapatan industri di dalam negeri, ini
semua juga disebabkan oleh mindset orang-orang indonesia yang lebih mempercayai
kualitas dan nama populer dari produk-produk luar negeri, padahal banyak produk
dalam negeri yang bisa terpercaya kualitasnya.
Jika ini terus-menerus berlangsung maka
akan banyak sekali pengangguran di indonesia, karena mereka takut gagal didalam
berwirausaha. Jika jumlah pengangguran di negeri ini semakin melimpah, maka
tidak heran jika akan semakin banyak kasus kriminalitas yang terjadi.
Sumber